Seiring
dengan perkembangan zaman globalisasipun tidak dapat dihindari termasuk di
Tanah Karo. Globalisasi yang berkembang di Tanah Karo mengakibatkan perubahan
kebudayaan yang ada di Tanah Karo.
Pada zaman dahulu, masyarakat Karo
sangat menjunjung tinggi budaya Karo. Mereka memiliki rasa persaudaraan dan
kebersamaan yang kuat. Mereka sangat menghargai budaya yang sudah diturunkan
oleh nenek moyang mereka.
Pada zaman sekarang, masyarakat Karo
tidak menjunjung tinggi budaya Karo. Mereka hanya mengenal budaya Karo pada
bagian luarnya saja, terutama para remaja. Para remaja
yang ada di Tanah Karo lebih menyukai kebudayaan yang berbau western (kebarat-baratan). Sebagian
besar remaja Karo menganggap bahwa kebudayaan Karo itu sudah ketinggalan zaman
alias “kampungan”.
Alasan itulah yang membuat para
orang yang mencintai budaya Karo mencari jalan keluar untuk masalah tersebut.
Dengan menggunakan teknologi yang ada di era globalisasi ini, mereka
menciptakan suatu karya yang merupakan gabungan antara kebudayaan Karo dan
kebudayaan barat yang berkembang di antara para remaja. Seperti lagu Karo yang
diiringi dengan musik rock, rapper,
dan berbagai macam dance.
Tetapi tetap saja, para remaja Karo
tidak menghargai budaya mereka. Bahkan untuk berbicara dengan menggunakan
Bahasa Karopun enggan. Mereka lebih suka menggunakan bahasa asing, seperti
Bahasa Inggris, Korea,
Jepang, dan sebagainya.
Para remaja Karo menggunakan
teknologi yang ada, seperti internet, hanya untuk membuka jaringan social,
mencari tahu tentang kehidupan artis, film dan lagu terbaru, trend-fashion
terkini, dan berbagai macam lainnya yang dapat dikatagorikan ke dalam sesuatu
yang hanya berupa hiburan dan kurang bermanfaat untuk menambah wawasan.
Sebagian kecil remaja Karo menyadari
adanya krisis identitas, khususnya budaya Karo yang ada pada saat ini sehingga
mereka mempelajari kembali kebudayaan Karo tersebut. Tetapi yang disesali,
ketika mereka bertanya kepada orang tua mereka. Orang tua mereka tidak mampu
memjawab dan memberikan penjelasan atas pertanyaan tersebut karena sebagian
besar dari merekapun tidak lagi
mengetahui budaya Karo secara mendalam.
Hal ini membuat para remaja Karo
yang ingin mempelajari kebudayaan Karo itupun mencari jawaban untuk pertanyaan mereka dengan
menggunakan internet. Dan sebaiknya itulah yang kita lakukan, yaitu menggunakan
teknologi yang ada di era globalisasi ini untuk mempelajari kembali dan
memperdalam pengetahuan kita tentang kebudayaan kita.
Jadi, masyarakat Karo terutama para
remajanya harus melestarikan kebudayaan Karo dengan cara menggunakan bahasa
Karo untuk komunikasi sehari-hari di rumah, belajar tentang merga silima dan tutur siwaluh serta budaya Karo lainnya agar generasi yang
berikutnya tetap mengenal budaya karo serta melestarikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar